Iklan

Iklan

,

Iklan

Tamiang Dalam Doa dan Cinta, Suara Hati Dari Rakyat Yang Tulus Mencintai

Redaksi
10 Apr 2025, 20:38 WIB Last Updated 2025-04-10T13:38:01Z

Penulis : Adi Surya Darma, S.Pd
Pengawas sekolah SD

Sudah dua puluh tiga tahun usia ini,
namun cintanya tak pernah menjadi basi,
dari Pucok Suloh bersinar harapan, dari hulu ke hilir satu kesatuan.

Kami anak-anak negeri,
lahir dari rahim adat yang tak lekang dimakan hari, dengan tekad yang tak pernah mati:

Adat sama dijunjung, lembaga disanjung, pusaka sama dijaga, itu janji kami.

Kami tumbuh dengan akhlak dan budi,
menjunjung adat dalam setiap jengkal bumi.

SUARAACEH.ID | Aceh Tamiang --- Di tanah Bumi Muda Sedia, di pelupuk timur Aceh, embun jatuh dengan bisik lirih, menyapa tanah yang setia menampung harap dan kasih.

Kami menapak waktu dalam harmoni,
dengan cinta yang tak henti kami beri.

Sudah dua puluh tiga tahun usia ini,
namun cintanya tak pernah menjadi basi,
dari Pucok Suloh bersinar harapan, dari hulu ke hilir satu kesatuan.

Kami anak-anak negeri,
lahir dari rahim adat yang tak lekang dimakan hari, dengan tekad yang tak pernah mati:

Adat sama dijunjung, lembaga disanjung, pusaka sama dijaga, itu janji kami.

Kami tumbuh dengan akhlak dan budi,
menjunjung adat dalam setiap jengkal bumi.


Kaseh pape setie mate,

begitulah kami mencintai negeri ini sepenuh hati,
meski jalan kadang terjal dan rintangan menyesak,

kami tetap melangkah tegak, bersetia, tanpa goyah sedikit pun jua mengabdi pada negeri Bumi Muda Sedia.

Kepada Bapak Bupati Aceh Tamiang yang kami hormati dan sangat kami banggakan.

Bapak Irjen Pol (Purn) Drs. Armia Pahmi, MH
harap rakyat terpatri dalam doa yang tak pernah henti,

penuh harap kami titipkan mimpi,
agar terbangun Masjid Agung nan suci,
tempat rindu bersujud, tempat damai bersemi.


Dan berdirilah kampus berkualitas di tanah kami, 

anak petani, guru, nelayan, buruh, pedagang, santri, dan semua profesi, menjadi sarjana karena negeri ini peduli.


Disanalah tempat ilmu berakar dari nurani,
melahirkan ilmuwan yang tak hanya pandai berteori, tapi menjadikan bumi, sungai, dan sawah sebagai laboratori.

Di sana, gagasan menetas dari hati, penelitian tumbuh dari kepedulian sejati.

Tempat ilmu tumbuh dengan harga diri,
tempat lahir cendekiawan dan ilmuwan negeri,
yang meneliti bukan hanya demi gelar,
tapi demi menjawab persoalan rakyat dengan nalar.

Di sana, buku dan bumi bersatu dalam harmoni,
pena dan ladang menjadi sahabat sejati.

Tamiang… bukan sekadar nama di peta bumi,
tapi peluk hangat yang tak pernah mati,
kami jaga engkau dengan cinta yang murni,
agar engkau terus jaya… kini dan nanti.

Dengan hati yang menjunjung adat dan kasih yang setia, kami rakyatmu mengirim harap lewat doa,

Bangunlah negeri ini dengan karya nyata,
yang hidup dan tumbuh hingga anak cucu kita.


Semoga puisi sederhana ini, yang lahir dari cinta dan kerinduan kami, sampai dan terbaca oleh Bapak Bupati yang kami hormati, sebagai secuil suara hati dari rakyat yang tulus mencintai.

Selamat Hari Jadi ke-23, Aceh Tamiang tercinta…
tempat asa berakar, tempat harapan bertumbuh,
tempat cinta kami kembali dan tak pernah luruh.
Tempat kami mencintai tanpa jemu. (Ai).


(Adi Surya Darma, 10 April 2025)

Iklan